Fungsi Ilmu
Bagi Da’i
Ada
hadis yang bebunyi “ apabila dakwah adalah jalan yang paling agung dan mulia
jalan yang dilalui seorang hamba, maka jalan tersebut di tempuh berbekal Ilmu
“. Yaitu tentang ilmu visi dan misi dakwah tersebut.
Seorang
da’i haruslah memiliki ilmu dahulu dalam menyampaikan dakwah-dakwahnya. Dakwah
hanyalah bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan
di akhirat.
Nabi
muhammad SAW telah mencontohkan dakwah kepada umatnya, dengan berbagai cara
melalui, tulisan, ucapan bahkan langsung dengan perbutan beliau. Menyampaikan
dakwah haruslah dimulai dari skala yang kecil dahulu yaitu dimulai dari istri,
keluarga, saudara, dan teman-teman karib dahulu.
Dakwah
adalah mengajak manusia menjadi muslim yang teguh dan utuh intuk hanya
menyembah dan mengimplementasikan syariat-syariat AllahSWT. Melaksanakan dakwah
bukanlah pekerjaan yang mudah, baik bagi si pelaku dakwah (da’i) maupun bagi si
penerima atau pendengar dakwah, sebab dakwah sangatlah sulit di terima oleh
orang-orang yang berakal beku, fanatisme dan bagi pencinta dunia. Oleh karena
itu seorang Da’i haruslah memiliki ilmu yang cukup dahulu dan mengenal kriteria
lingkungannya sebelum menyampaikan dakwahdakwahnya.
Manfaat Ilmu Bagi Seorang Da’i
1.
Ilmu adalah penerang dakwah
Dalam ayat ditetapkan bahwa ilmu di
titi sebelum berkata dan berbuat, maka ilmu harus mendahului amal perbuatan dan
harus menjadi imam baginya. Apabila ilmu ibarat pohon maka dakwah adalah
buahnya. Dakwah tanpa dilandasi ilmu adalah perjuangan yang tidak memiliki
aturan petunjuk. Maka setiap da’i berkwajiban untuk mendalami dahulu ilmu
agamnya, agar dakwahnya benar dan tepat.
Umar radiyallahu berkata “
belajarlah sebelum menjadi seorang pemimpin, dan teruslah belajar walaupun
mereka sudah menjadi orang-orang termuka “.
Ilmu harus menjadi pilar utama bagi
seorang Da’i yang lurus dan jujur.
2.
Ilmu adalah jalan persatuan dan kesatuan
Banyaknya perselisihan bagi para
da’i dan permusuhan antar da’i dikarenakan banyak faktor, yang paling nampak adalah di
karenakan hilang dan pudarnya ilmu, di tinggalnya fiqih dakwah dan redupnya
cahaya iman di dalam jiwanya.
3.
Ilmu adalah rasa takut kepada Allah SWT
Orang-orang yang menyampaikan
risalah-risalah Allah mereka takut kepada-Nya dan mereka tidak takut kepada
seorangpun selain kepada Allah SWT, dan cukuplah Allah sebagai pembuat
perhitungan (Qs. Al- ahzaab : 39).
Dalam dunia dakwah, da’i merupakan
umat yang merupakan umat yang dapat memerangi kebodohan, kesestan dan
kebobrokan akhlak. Maka dari itu para da’i haruslah memiliki beberapa bekal
penting agar mampu memberikan teladan dan menanamkan iman di hati kaum
muslimin.
Bekal dan Sifat Da’i
1.
Iman
Iman merukan inti bagi para da’i, maka dari itu sebelum menjadi
seorang pendakwah para da’i haruslah memiliki iman yang baik dahulu, dengan
cara meningkatkan kespritualannya.
2.
Akhlak
Akhlak merupakan buah dari iman, orang yang imannya baik akan
menghasilkan akhlak dan perbuatan yang menyenangkan orang lain. Seorang da’i
harus menjadi orang yang pertama yang mencontohkan segala yang di dakwahkannya
dalam bentk aklak yang mulia. Rasulullah sebagai sorang pemimpin para da’i
menjadi tauladan di tengah-tengah para sahabatnya. “ dan sesungguhnya
muhammad benar-benar berbudi pekeri yang agung ( Qs. Al-qalam : 4 ).
3.
Ilmu Pengetahuan Agama
Seorang da’i hakikatnya adalah seorang pemberi. Karenanya ia
haruslah kaya dengan ilmu pengetahuan agama. Da’i yang miskin ilmu dan
wawasanya tidak akan bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya.
"Katakanlah: "Inilah
jalan (agama)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada
Allah dengan hujjah yang nyata..." (Yusuf: 108)
Setiap juru da'wah --dari pengikut Nabi saw-- harus melandasi da'wahnya dengan hujjah yang nyata. Artinya, da'wah yang dilakukan olehnya mesti jelas, berdasarkan kepada hujjah-hujjah yang jelas pula. Dia harus mengetahui akan dibawa ke mana orang yang dida'wahi olehnya? Siapa yang dia ajak? Dan bagaimana cara dia berda'wah?
Oleh karena itu, mereka berkata tentang orang rabbani: yaitu orang yang berilmu, beramal, dan mengajarkan ilmunya; sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT:
"... akan tetapi (dia) berkata, 'Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (yang sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah), karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu telah mempelajarinya." (Ali 'Imran: 79)
Setiap juru da'wah --dari pengikut Nabi saw-- harus melandasi da'wahnya dengan hujjah yang nyata. Artinya, da'wah yang dilakukan olehnya mesti jelas, berdasarkan kepada hujjah-hujjah yang jelas pula. Dia harus mengetahui akan dibawa ke mana orang yang dida'wahi olehnya? Siapa yang dia ajak? Dan bagaimana cara dia berda'wah?
Oleh karena itu, mereka berkata tentang orang rabbani: yaitu orang yang berilmu, beramal, dan mengajarkan ilmunya; sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT:
"... akan tetapi (dia) berkata, 'Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (yang sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah), karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan disebabkan kamu telah mempelajarinya." (Ali 'Imran: 79)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar